Beranda | Artikel
Benang Merah Antara Harokah Dan Khurofat
Minggu, 11 Desember 2005

BENANG MERAH ANTARA HAROKAH DAN KHUROFAT

Oleh
Syaikh Abdul Malik Ramadhaaniy Al-Jazaairy

Tidak diragukan lagi bahwa, mayoritas manusia akan mengingkari jika dikatakan bahwa seorang haroki masih mempercayai hal-hal khurofat. Karena seorang haroki lebih dekat kepada alam nyata, bahkan dia sangat berlebihan ketika mengagungkan suatu fenomena dan senantiasa merujuk kepada penyelesaian yang masuk akal saja. Sedangkan seorang yang mempercayai hal-hal khurofat, dia lebih dekat kepada alam gaib, sebagaimana telah kita ketahui bersama.

Akan tetapi, barang siapa yang mengamati dengan seksama kenyataan harokah di lapangan, niscaya akan mendapatkan kesimpulan, bahwa : hampir-hampir harokah itu tidak terpisahkan dari khurofat. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa : mayoritas tokoh harokah beraqidah Asy’Ariyah atau Maturidiyah, sekaligus seorang sufi

Dan kami tidak menundukkan orang-orang harokah dengan membawa bukti dari perkataan orang-orang awam diantara mereka, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang menyelisihi mereka. Akan tetapi kami menundukkan mereka dengan menampilkan berbagai perkataan dari orang-orang yang tidak diragukan lagi ketokohannya di hadapan para pengikut harokah.

Wahai saudaraku yang masih memiliki kecemburuan di dalam masalah tauhid ! Bacalah dengan penuh keadilan uraian-uraian berikut ini.

1. Imam Harokah, Hasan Al-Bana Meyakini Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Senantiasa Menghadiri Perayaan-Perayaan Maulid Orang-Orang Sufi, Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Juga Memberikan Ampunan Kepada Semua Yang Hadir.

Jabir Rizq di dalam bukunya yang berjudul “Hasan Al-Bana bi Aqlaami Talaamiidzihi wa Mu’aashiriihi” (Hasan Al-Bana menurut yang semasa dengannya, -pent) menyebutkan sebuah nukilan dari majalah “Ad-Da’wah”, edisi bulan Februari, tahun 1951M dan semua telah mengetahui, betapa erat hubungan antara majalah “Ad-Da’wah Al-Mashriyyah”[1] dengan parti “Ikhwanul Muslimin”, didalamnya ada suatu cerita pembicaraan dari Abdurrahman Al-Bana mengenai saudaranya, yang bernama : Hasan Al-Bana. Diceritakan bahwasanya jika telah masuk bulan Robi’ul Awwal, Hasan Al-Bana pergi ke perkumpulan teman-temannya, seraya melantunkan bait-bait syair untuk menyambut perayaan maulid Nabi.

Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala sembuhkan anda dari penyakit fanatik buta, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugrahkan kepada anda kemarahan yang tulus karenaNya, maka renungkanlah kebid’ahan dan kesyirikan yang ada di dalam bait-bait syair berikut ini :

Inilah sang kekasih (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersama orang-orang yang dicintai telah hadir.
Dia (Muhammad) mengampuni apa yang telah berlalu dan yang terjadi.
Sungguh dia telah mengedarkan araknya kepada orang yang mabuk cinta[2]
Untuk memalingkan, hampir-hampir cahayanya membutakan mata
Wahai Sa’ad, sebutlah berulang-ulang kekasih ini
Sungguh pendengaran kita bercerai-berai, wahai penyanyi orang-orang miskin.
Dan kenapa selendang para pengendara di sebuah padang agak miring[3]
Tidak diragukan lagi, bahwa kekasih kaum (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah hadir”[4]

Saya (penulis) berkomentar : Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dialah yang memberikan maaf dan ampunan bagi semua orang, maka apakah ada makna yang masih tersisa di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ

Dan siapa lagi yang bisa mengampuni dosa selain Allah” [ali Imran/3: 135][5]

Inilah, sikap ekstrem (berlebih-lebihan) terhadap derajat kenabian[6], sekaligus sebagai sikap permusuhan terhadap Sang Pencipta. Hanya kepada Allah-lah kita mengadu.

2. Wakilnya, Al-Mursyid Al-‘Aam[7], Umar At-Tilmisaaniy Membela Para Penyembah Kubur
Umar At-Tilmisaaniy berkata di dalam bukunya yang berjudul “Syahidul Mihrob ‘Umar Ibnul Khottob” hal. (226)

Jadi, tidak ada perlunya mengingkari dengan keras orang-orang yang meyakini karomah para wali, dan berlindung kepada kubur-kubur suci mereka, dan berdoa didepannya ketika tertimpa berbagai musibah. Karomah para wali itu merupakan bagian dari dalil adanya mu’jizat para nabi !!”

Inilah, sikap ekstrem (berlebih-lebihan) terhadap derajat-derajat kewalian, sekaligus sebagai sikap permusuhan terhadap Dzat yang disembah. Kami berlindung kepada Allah dari kemurkaanNya.

3, Imam Harokah Di Syria Pada Masanya, Sa’id Hawwa Memuji Aktivitas Para Tukang Sihir
Sa’id Hawwa berkata di dalam bukunya “Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah” (hal. 218, Cetakan ke 2) : “Suatu ketika, seorang nasrani menceritakan kepadaku tentang suatu kejadian yang dialaminya sendiri, dan hal itu merupakan suatu kejadian yang sudah diketahui dan dikenal, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengumpulkanku dengan pelakunya, setelah saya mengetahui kejadian tersebut dari orang lain.

Dia menceritakan kepadaku bagaimana dia hadir pada sebuah halaqoh dzikir, kemudian salah seorang peserta dzikir menusuk punggungnya dengan sebilah pedang sampai tembus dan dia bisa memegang ujung pedang yang menembus dadanya tersebut, lalu pedang tersebut dicabut tanpa meninggalkan bekas dan luka.

Sesungguhnya apa yang terjadi pada anak-anak para pengikut tarekat “ Ar-Rifa’iyyah” ini, termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar, yang dianugrahkan kepada umat ini …![8]

Siapa saja yang melihat salah seorang umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang punggungnya tertembus oleh sebilah pedang, setelah dihunjamkan ke dadanya, kemudian pedang tersebut dicabut tanpa meninggalkan bekas dan luka. Apakah ini sesuatu yang menakjubkan ?!!

Maka hendaklah para ahli tauhid mengamati sekelompok penganut khurofat ini ; karena mereka ini bukanlah termasuk orang-orang yang awam, akan tetapi mereka diangkat kepada kedudukan para ulama dan para dai yang terpandang.

Saudara kami yang mulia, Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaliy telah membantah Sa’id Hawwa dengan sangat bagus, pada bukunya yang berjudul “Muallafat Sa’id Hawwa, Diroosatun Wa Taqwiimun” (Penelitian dan Penelusuran Karya-Karya Sa’id Hawwa) –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas syaikh dengan kebaikan-. Diantara bantahan terhadap Sa’id Hawwa yang paling bagus, adalah penjelasan syaikh yang mulia Dr. Ali bin Nashir Al-Faqiihiy – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan kepadanya dan senantiasa melindunginya-. Beliau mengatakan pada muqoddimah buku Ibnu Mandah “Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyyah”[9] (hal, 11).

Sebagian orang di zaman sekarang, mengatakan : Sesunggunya Jahmiyyah dan kelompok-kelompok sempalan Islam yang lainnya, seperti Mu’tazilah dan seterusnya telah sirna, maka tidak ada perlunya membahas mereka, dan menyebarkan buku-buku seperti ini[10], sama sekali tidak ada gunanya ; karena buku-buku tersebut membahas berbagai perkara yang tidak seorangpun memeluk dan meyakininya (sekarang). Kemudian mereka juga menambahkan, bahwa : pembahasan buku-buku tersebut akan memecah belah umat Islam.

Perkataan seperti ini, secara mendasar, membuktikan bahwa masih ada orang-orang yang meyakini kebenaran pemikiran-permikiran sesat ini, bahkan masih ada dai-dai yang mendakwahkannya.

Kami berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dakwah memecah belah persatuan Islam. Yang Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui, bahwa kami tidaklah menginginkan kecuali persatuan umat Islam. Akan tetapi, kita semua telah mengetahui bersama, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di kota Mekkah selama tiga belas tahun. Di sana beliau membangun aqidah kaum muslimin dan membersihkannya dari segala kotoran syirik. Karena aqidah adalah prioritas utama yang diatasnya akan tegak sebuah bangunan, sehingga aqidah mereka tidak dibangun di atas berbagai khurofat yang diimani dan didakwahkan oleh para dai di zaman sekarang.

Diantara keyakinan khurofat itu, adalah : Barangsiapa yang berbaiat kepada syaikh tarekat “Ar-Rifa’i”, atau kadang-kadang tanpa ba’iat, akan tetapi cukup dengan menisbatkan dirinya kepada tarekat ini, maka senjata api, senapan dan pedang tidak akan terpengaruh terhadap dirinya !![11]

Subhan Allah ! Jika memang demikian keadaanya, maka : Apakah boleh bagi dai ini[12] dan para pengikut tarekat “Ar-Rifa’iyyah” membiarkan Al-Quds tanah haram (suci) ketiga[13] yang mulia dan juga Palestina dijajah oleh Yahudi. Padahal orang-orang Yahudi tidak memiliki persenjataan kecuali senjata dan senapan. Sedangkan kedua jenis senjata tersebut sama sekali tidak bisa melukai para pengikut tarekat “Ar-Rifa’iyyah” (seperti yang mereka katakan). Akan tetapi kenyataannya, mereka membiarkan Yahudi di Al-Quds dan tidak mensucikannya dari kenajisan mereka ?! Inilah metode aktivitas mereka : khurofat kaum sufi!”

Sungguh dengan nukilan ini, saya benar-benar berusaha menunjukkan kepada pembaca yang budiman, suatu kesimpulan yang indah, karena di sini nampak jelas kecerdasan Ahlus sunnah, sebagaimana telah nampak jelas juga, bahwa : bid’ah itu tidak akan menambahkan kepada pelakunya, kecuali kedunguan. Wallahu ‘Aashim (Allah penjaga kita).

4. Al-Mursyid Al-‘Aam Di Syria, Mustofa As-Siba’iy Beistighosah Kepada Selain Allah.
Disebutkan di dalam majalah “Hadhorotul Islam”, no : 4, 5, 6, edisi bulan : Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban tahun 1384H, sebagaimana disebutkan juga oleh syaikh yang mulia Muhammad bin Hadi ketika memberikan catatan kaki atas buku Syaikh Ahmad An-Najmy yang berjudul “Al-Maurid Al-Adzb Az-Zullal” (hal. : 149), bahwa ketika Mustofa As-Siba’iy berada di depan kuburan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan :

Wahai pemberi air minum untuk para muasfir yang menuju Ka’bah dan Mekah
Juga yang pergi menuju Madinah, demi mencari tuannya seluruh umat
Jika perjalanan anda menuju Al-Mukhtar[14] adalah sunnah.

Maka bagi orang sepertiku adalah wajib, menurut orang yang bersemangat tinggi.

Wahai tuanku, kekasih Allah[15], aku datang meniti
Tangga pintumu, saya mengeluhkan pedihnya penyakitku
Wahai tuanku, sungguh begitu lama penyakit ini bersarang ditubuhku
Begitu pedih penyakit ini, sampai saya tidak bisa istirahat dan tidur”

Saya (penulis) mengatakan : Maka lihatlah oleh anda –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rahmat kepada anda-, dengan siapa kita diuji. Apakah mereka ini akan menjadi para pemimpin kaum muslimin ?! Apakah pantas di dalam masalah wala dan baro (loyal dan benci) ini, ahlus sunnah terbagi menjadi dua kelompok ketika menyikapi orang-orang seperti ini ?! Yang pada saat itu sangat tepat, jika dikatakan kepada orang yang semisal mereka : Mayit ini tidak berhak dita’ziyahi!

Jika mereka memiliki kemampuan, maka daulah (negara) khurofat seperti apa yang akan terbentuk ?!

Para pemimpinnya akan dipilih dari para penyembah kubur. Para menterinya adalah tukang sihir yang penuh dengan kejahatan. Para utusan diplomatiknya adalah para pembohong perayaan maulid dan orang-orang yang rakus terhadap berbagai hidangan. Maka dari mana pertolongan dan penaklukan akan datang kepadanya, atau bagaimana mereka bisa menolak serangan orang-orang yang jahat?!

Saya (penulis) mengambil empat orang tersebut sebagai permisalan, karena ketokohan mereka tidak diperselisihkan oleh para pengikut harokah. Sehingga dengan itu akan semakin kuat kebenaran tentang adanya perjanjian yang kuat antara harokah dengan khurofat. Kami dan kaum muslimin akan menjadi saksi atas kesinambungan pernikahan antara keduanya.

Kemudian muncul salah seorang dari ahlus sunnah bergabung dengan mereka, karena dia merasa tidak puas terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dari ahlus sunnah, sehingga dia masuk ke dalam harokah, dan tanpa terasa tiba-tiba khurofat telah merasuki dirinya, kemudian dia menulis sebuah tulisan yang beraroma khurofat, seperti sang doktor ini[16] yang sedang saya kritik di dalam bukuku ini[17]

Kelihatannya, penyakit yang menular ini telah menjalar dengan cepat. Dan inilah hasil yang pantas dipetik dari aliran pemikiran yang tidak menghiraukan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar, yaitu hak Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk ditauhidkan (Tauhid Uluhiyyah). Wallahul Musta’an.

Sesungguhnya, sebab para dai tersebut bersandar kepada berbagai khurofat ketika mendakwahi manusia, adalah lemahnya dalil-dalil yang mereka miliki, maka dari itu mereka menakut-nakuti manusia dengan cerita-cerita yang ajaib untuk memperkuat madzhab harokah mereka.

Masih terang dalam ingatanku dan juga para pembaca di Aljazair, bahwa pada suatu hari, berkumpullah orang-orang harokah dari partai FIS (Front Islamique du Salut/Islamic Salvation Front) beserta simpatisannya di sebuah lapangan olah raga di Aljazair. Ketika mereka sedang asyik berkampanye untuk partai politik mereka, tiba-tiba muncul sebuah awan yang tertulis didalamnya nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka serta merta para hadirin terheran-heran dan sangat terpukau, kemudian manusia memperbincangkannya, dan para filosof agama ini[18] sama sekali tidak meragukan, bahwa hal itu merupakan tanda pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga tanda akan kebenaran jalan mereka tempuh.

Sedangkan lawan politik mereka menyatakan : Sesungguhnya mereka menggunakan suatu jenis sinar, yang dengan itu mereka menyihir penglihatan manusia dan menakut-nakuti mereka, dan mereka telah mendatangkan sihir yang begitu dahsyat.

Selain mereka juga memiliki komentar yang lain lagi, kemudian manusiapun terbagi-bagi, antara yang membenarkan dan antara yang mendustakan. Apapun hakekat kejadian itu, kami tetap berkeyakinan bahwa penyesatan akan menyertai orang-orang yang menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan karomah (yang akan mereka peroleh).

Saya tidak pernah menunggu seseorang untuk mennjelaskan aib persitiwa tersebut, seperti saya menunggu Ali bin Hajj, seorang wakil sekaligus juru bicara partai FIS, karena dia dijuluki sebagai seorang salafi (pengikut salaf) di dalam partai FIS, juga saya benar-benar mengetahui bahwa dalil permasalahan tersebut telah tegak baginya, yaitu : permasalahan tentang perbedaan antara karomah dengan talbis[19]

Dan sungguh saya menyangka bahwa Ali bin Hajj –walaupun telah berpaling dari dakwah salafiyyah-, dia tidak akan sanggup untuk menerima khurofat ini dari orang-orang partainya, serta hatinya tidak akan pernah bisa tenang karena agama Allah Subhanahu wa Ta’ala akan senantiasa terbayang-bayang di pelupuk matanya dan terngiang-ngiang ditelinganya.

Hari demi hari saya menunggu dengan sabar sikap adilnya terhadap agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan usahanya untuk memenangkan aqidah yang benar, serta membersihkan barisannya dari keyakinan yang rusak ini. Akan tetapi ternayata persangkaanku itu telah keliru, karena kenyataannya dia membiarkan manusia tenggelam di dalam keyakinan yang batil. Hal itu disebabkan oleh karena mereka telah dekat dengan hari-hari pemilihan umum.

Demikianlah kalian akan membuktikan bahwa orang-orang harokah adalah manusia yang paling curang terhadap umat, di dalam urusan agama mereka. Bahkan mayoritas orang yang masuk ke dalam berbagai gerakan politik, mereka akan keluar darinya tanpa membawa agama sedikitpun, Wallahul Musta’aan.

MEMBANTAH SANGGAHAN
Jangan sampai ada yang membantahku dengan mengatakan bahwa di dalam harokah ada juga orang-orang yang hidupnya sibuk memerangi berbagai khurofat, seperti : Muhammad Ghozali[20]. Memang orang ini benar melakukan hal itu, bahkan dia mengkritik dan mengejek orang-orang yang masih mempercayai khurofat. Akan tetapi kita menghukumi mayoritas mereka, dan jumlah yang sedikit tidak bisa dijadikan standar, terlebih lagi apabila yang sedikit tersebut tidak terlalu tenggelam dalam harokah.

Kemudian diantara faktor penolong terbesar atas sikap penolakan mereka terhadap khurofat adalah demi memperoleh keridhoan peradaban, atau demi memperoleh keridhoan akal mereka yang sangat sulit menerima hal-hal yang gaib, dan mereka sangat menerima penafsiran yang sesuai dengan akal, bahkan mengutamakannya dari yang lainnya.

Yang jelas ada perbedaan yang begitu jauh, antara orang-orang yang meyakini aqidah yang benar karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan antara orang-orang yang meyakini aqidah tersebut karena orang-orang barat modern. Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman.

وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ

Supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama dan rasul-rasulNya padahal Allah tidak dilihatnya” [Al-Hadiid/57: 25][21]

(Tulisan ini dialihbahasakan dari buku “Khuroofah Harokiy” karangan Syaikh Abdul Malik bin Ahmad bin Al-Mubaraak Ramadhaany Al-Jazaairy, halaman 19-24, Penerjemah Abu Zahrah Imam Wahyudi Lc)

[Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 16 Th. III 1426H/2005M, Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Perpustakaan Bahasa Arab Ma’had Ali-Al-Irsyad, Jl Sultan Iskandar Muda Surabaya]
_______
Footnote
[1] Majalah “Ad-Da’wah” didirikan sekitar tahun 1940-an oleh Dr Sholih Al-Asymaawiy. Beliau adalah salah seorang tokoh partai Ikhwanul Muslimin yang hidup semasa dengan Hasan Al-Bana. Majalah ini dibredel oleh pemerintah Mesir beberapa kali, dan yang terakhir dilakukan oleh presiden Mesir Anwar Sadad setelah wafatnya sang pendiri, lalu dicabut surat izin penerbitannya. Kemudian , muncullah majalah “Al-Muslimun” yang didirikan oleh menantu Hasan Al-Bana, yang bernama Dr. Said Romadhon. Jadi, bisa dikatakan bahwa kedua majalah inilah yang menyuarakan dakwah partai ikhwanul Muslimin. –pent
[2] Perumpamaan betapa mabuknya orang sufi ketika berzikir. –pent
[3] Gambaran kesibukan orang-orang yang hendak menyambut seorang yang terhormat.-pent
[4] Ini gambaran secara umum pelaksanaan acar maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara mereka berdiri secara bersamaan dengan keyakinan bahwa ketika itu ruh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir diantara mereka. Astaghfirullah. (pent)
[5] Ini termasuk bukti kedekatan gerakan partai Ikhwanul Muslimin dengan aliran sufi, sebagaimana Hasan Al-Bana rahimahullah mendefinisikan partainya dengan mengatakan : “Sesungguhnya dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah salafiyah, bertarekat sunnah, berhakekat sufi, berbentuk politik …dst. Lihat Al-Mausu’ah Al-Muyassaroh, hal. 201. –pent
[6] Derajat kenabian yang bertugas menyampaikan wahyu saja, naik ke derajat ketuhanan yang bisa memberikan ampunan atas dosa-dosa. Apa hal seperti ini tidak menyerupai perbuatan orang-orang Kristen ?! .-pent
[7] Mursyi A’am adalah jabatan tertinggi di dalam partai atau kelompok Ikhwanul Muslimin. –pent
[8] Maka kenapa orang-orang harokah sekarang malah sibuk melakukan ruqyah (pengobatan orang yang kemasukan jin) secara massal untuk menandingi para tukang sihir ? sedangkan Said Hawwa, tokoh yang mereka agung-agungkan masih melegimitasi atraksi para tukang sihir tersebut ?!! Apakah hal itu mereka lakukan hanya sekedar mencari massa untuk memperbanyak dukungan suara di pemilu yang akan datang ?! Atau …? Wallahu A’lam bishowab (-pent)
[9] Artinya : Bantahan terhadap kelompok Jahmiyah. –pent
[10] Maksudnya buku Ibnu Mandah “Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyah” .-pent
[11] Di sini syaikh membantah Said Hawwa, sebagaimana beliau jelaskan pada catatan kaki buku “ Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyyah”.
[12] Sa’id Hawwa. –pent
[13] Pemberian gelar terhadap Al-Quds sebagai tanah haram (suci) yang ketiga hanyalah berdasarkan anggapan kebanyakan orang atau diikut-ikutkan saja, karena tidak ada dalil yang shahih yang menyebutkan bahwa masjid Al-Aqsha termasuk tanah haram. Wallahu a’lam.
[14] Ini adalah salah satu gelar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. –pent
[15] Yakni : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. –pent
[16] Dia adalah Dr Safar Hawali, seorang doktor di bidang aqidah, sealiran dengan Salman Al-Audah dan Aidh Al-Qorniy, silakan dibaca kritikan terhadap mereka di majalan ini edisi 12 tahun ke II dengan judul Menyingkap Hakekat Dan Jati Diri Dai-Dai Kondang dan secara khusus tentang Aidh Al-Qorniy telah di muat di majalah Al-Furqan edisi 1 Tahun ke-5, Sya’ban 1426H.-pent
[17] Buku “Khurofat Harokiy”.-pent
[18] Mereka adalah orang-orang yang memiliki prinsip antara menetapkan dan mengingkari hakekat segala sesuatu, atau disebut aliran filsafat serba tidak tahu. Lihatlah “Al-Mu’jam Al-Washith” (hal. : 491).-pent
[19] Pencampuran antara yang hak dan batil, sehingga menjadi samar-samar. –pent
[20] Muhammad Ghozali adalah salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir, lalu ia keluar dari gerakan ini karena tidak setuju Hasan Hudhaibi yang diangkat menjadi “Al-Mursyid Al-Aam” Ikhwanul Muslimin pengganti Hasan Al-Bana. Muhammad Ghozali sendiri banyak mengingkari hadits-hadits shohih yang dinilainya bertentangan dengan akal, diantaranya : hadits tentang lalat, hadits tentang diazabnya mayit di dalam kubur karena ratapan keluarganya dll, bisa anda baca dibukunya yang berjudul “As-Sunnah An-Nabawiyyah Baina Ahlil Fiqh wa Ahlil Hadits” (Sunah Nabi Antara Ahli Fikih dan Ahli Hadits). –pent
[21] Dengan uraian singkat ini, apakah masih ada yang menaruh secercah harapan, bahwa khilafah Islamiyah akan bisa tegak dengan pondasinya orang-orang seperti ini ?!.-pent


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1694-benang-merah-antara-harokah-dan-khurofat.html